Kamis, 17 Januari 2013

As rewards...


Well, long time no see with you guys! *cough* This is the story I've found at my question sheet at my school. This story is really interesting and consists of a high moral value (you must read it!) so I decided to re-write this story as my version with no changing except the character position.


Disclaimer!
Her Gift to Him was .... (c) Michele Cempaka
His Gift to Her was .... (c) yume fuusen - me

-ooOoo-

His Gift to Her was ....

He cut out a piece and sent it to her in a small metal box with broken latch. Three days later it arrived at her place, smelling like rancid meat that had been baking in the sun for several days. She opened the box carefully, afraid to see what she might discover.

Even before she looked inside, she knew what its contain would be and as she suspected, she found a large portion of his heart.

She picked up the jagged scrap of flesh, feeling its rough wetness between her fingers. It felt so small and light in her hand. She didn’t know what to do with. She’d told him not to send it, but he has insisted.

She looked around the room, searching for a container for it, something that would keep his heart more securely sealed, unlike the metal box that he had sent it in.

She would keep his heart, for she knew it was no small gift that he had sent her. Yet, she still could stand the sight and smell of it, and knew that she must store it away soon.

Maybe she could send it back ho his. Why did he have to choose her? She walked toward the kitchen, her right hand still holding on to the heart fragment. With her left hand, she opened a cupboard and felt around until her hand touched a cylinder-shaped container.

“I’ll put it in here and then I’ll figure out what to do with it,” she said for himself.

The heart fit nicely in the container, there was even room to spare. Now all that she needed was a lid. She searched inside the cupboard again and spotted three lids. She tried one and then the next, and finally the last, but none fit the container. Her head was beginning to feel light, so she sat down on a sofa nearby and started at the hand that had just held his heart.

He had thought about it for a long time before he made a decision to do it. A gift... a gift of a total love, something that always be remembered and cherished.

He thought that this gift, the gift of his heart, would ensure everlasting love with her. He’d done this twice before, cutting away a silver and sending it off to his lover, but both times it was refused.


His heart was not as strong as it once was — before the time he had cut two pieces out of it — but he didn’t care. “This time,” he thought, I will send an even bigger piece and there will be no doubting the depth of my love for her.”

He took out a small paring knife from the kitchen drawer and began to slowly cut away at the scarred surface of his chest.

Very little blood spilled out as he reached inside and carefully felt around until he touched that organ known as his heart, which beat ever so softly now.

He pulled it out of the opening and began to cut away a large portion, leaving just half of his heart for herself.

“Take it, take it, take it!” he chanted in a loud singsong voice, his head rocking from side to side.

He could feel the fragment pulsating in his hand — a vibrating sensation crept up his arm. For an instant, he thought about giving her his entire heart, but he knew that this would surely kill him.

Instead, he took the piece and gently placed it inside the metal box he had found stored high up on a closet shelf.

The box had been given to him by his mother many years ago when he was still a young boy.

“Put your special things in here — things that you hold most sacred,” she’d said to him. “One day you can open the box and rediscover your treasures as though they were brand-new.”

The box had remained soothingly empty, holding the promise of treasures to come. Now his heart lay inside its red velvet interior — its color darkening into a deep maroon.

The beating slowed and then stopped. He closed the lid and put the box inside another cardboard box filled with Styrofoam pieces.

He would send it to her today, and he would wait for as long as it took for her to return to him.

A peace filled him now, spreading down from the top of his head and into his weakened heart.


~ End ~

I'll started to make this as a remake story after finished my try out at school and damn... I'm sure I can't pass it! *cried at the corner*
If you're a Hetalian, I bet you've already know what pair in this story 8D
Thanks to Michele Cempaka who wrote this original version. I'm sorry if I use your story as my version without your permission. m(_ _)m

Senin, 23 Januari 2012

Ini Semua Kisah Gue, Jendraaaal!

Nama gue Fitria Amanda Putri. Gue anak bungsu dari dua bersaudara. Gue punya kakak cowok, namanya Rully. Orangnya iseng, tapi baik banget sama gue. Suka ngasih gue duit buat jajan! Hehe. Gue sekolah di sebuah SMA Negeri di Jakarta Timur, yaitu SMA Negeri 64. Saat kalian ngebaca tulisan ini adalah saat-saat dimana gue merasa menjadi manusia seutuhnya (lah, sebelomnya kaga?!)

Oke, cukup nasi basinya. Gue mau cerita nih! Ini cerita saat gue baru masuk kelas XI dan belom dapet penempatan kelas. Saat itu gue celingukan, mencari papan yang isinya nama-nama dan kelas yang akan ditempati. Gue liat di daftar nama kelas XI IPA 1, nama gue gak ada disana. Kelas tetangga (baca: XI IPA 2) juga nggak ada. Saat itu gue mau nangis, padahal di rapot tertulis gue masuk jurusan IPA. Masa iya sih gue masuk kelas IPS? Gue masih mencari-cari dimana nama gue diletakkan (barang kali diletakkan..)

Sesaat seperti ada suara yang berbisik di telinga gue. Wow, ajaib! Dengan cepat gue melihat nama gue yang ternyata ada di kelas XI IPA 3. Goblok banget. Padahal itu daftar nama kelas XI IPA 3 ada di depan muka gue persis tapi gue malah nggak ngeliat. You’re so stupid girl! Selain itu ada juga nama temen-temen yang kelas X-nya bareng sama gue masuk ke kelas yang sama kayak gue... lagi. Oh bagus, dua tahun akan gue lalui dengan penderitaan. Nasib.

Kelas gue itu ada di lantai 3, makanya gue langsung cepet-cepet naik tangga. Agak pegel juga sih tapi apa boleh buat kan? Demi menuju kelas kebanggaan (halah), gue rela kalo harus ngurusin badan! SETIAP HARI MALAHAN!

Begitu nyampe disana, gue ngeliat kelas masih lumayan kosong. Ada temen-temen gue yang dulu dari kelas X yang udah nyari tempat duduk. Gobloknya, mereka semua udah punya temen sebangku. Gue pengen banget terjun dari lantai 3 karena nggak punya temen. Saat keputus asaan sudah di ujung tanduk, gue ngeliat temen yang dulunya sempet sekelas sama gue di X-6 sebelom gue dipindahin ke kelas X lain. Nama orang yang tidak beruntung untuk duduk bersama gue adalah Putri Kharinel.

Gue dulu sempet masuk kelas X-6 tapi gara-gara ada tes penempatan kelas di hari ketiga MOPDB (Masa Orientasi Peserta Didik Baru), gue malah terdampar di kelas X-4 bareng Yanti, temen gue dari kelas X-6 juga. Gembel. Lucu banget gitu pas gue pertama masuk gue langsung pindah kelas. Dimana-mana pindah kelas itu biasanya dua hari. Lha ini? Baru juga masuk udah diganti aja kelas gue!

Ceritanya: Hari Kamis gue dengan sukses dan resmi menjadi anak SMA. Nggak ada orientasi ngerjain-adek-kelas-sama-anak-OSIS lagi. Dengan pede, gue berjalan ke arah kelas gue, X-6. Saat itu ada banyak orang yang ngerubungi kaca depan kelas. Gue nggak tau ada apaan, tapi katanya itu nama-nama anak yang akan menempati kelas itu. Anjiiir nama gue nggak ada! Mana saat itu gue udah panik sendiri gara-gara nama gue di kelas X-6 gak ada. Mamaaaaak..

Dengan pasrah, akhirnya gue pindah kelas. Dunia tidak adil! Kejam! Gue yang oh-very-so-cute ini kenapa harus terdampar di sebuah kelas laknat yang bahkan gue nggak kenal murid-muridnya! Oke, gue tau nggak pantes buat gue ngomong begitu. Tapi mau gimana lagi? Gue udah terlanjur ce i en te a sama kelas X-6.

Setengah tahun gue lalui di kelas laknat X-4. Sebenernya anaknya asik-asik aja, tapi lama kelamaan kok gue makin nggak betah ya? Gue pengen banget cepet-cepet naik kelas XI biar nggak ketemu lagi sama setengah setan yang menghuni kelas laknat itu. Semester dua gue makin semangat karena kita udah mau penempatan jurusan kelas XI. Tadinya gue milih untuk masuk kelas IPS tapi gak jadi karena gue pikir jurusan IPA terdengar lebih asik dan cool.

-ooOoo-

Dan disinilah gue. Di kelas XI IPA 3 duduk bersama Putri Kharinel dan makhluk dari kelas lain yang gak gue kenal. Oke, dalam kasus ini kita panggil dia Kharinel aja. Soalnya nama Putri di kelas gue ada dua orang. Di kelas gue ini juga banyak nama yang ‘kembar’ jadi kalo mau manggil salah satu diantaranya harus pake semacam kode (bah...)

Ada yang namanya Dwi Darmawan sama Dwi Hadianto. Dua-duanya punya kesamaan nama depan. Biar gampangnya, Dwi Darmawan kita panggil Dwidar sedangkan Dwi Hadianto kita panggil kumis. Uwoooh. Lu nggak akan percaya deh ada bapak-bapak berkumis baplang nggak lulus sekolah! –digampar-

Selain mereka, nama gue juga ada yang sama nih. Temen gue itu punya nama Fitriyani Karlina. Biar gak salah panggil, jadi dia kita panggil Fina. Gue curiga nih kenapa kelas gue kayaknya menjaring anak-anak bernama depan sama. Jangan-jangan tahun berikutnya kelas gue malah menjaring anak-anak yang bermuka sama! Huahahah.

-ooOoo-

Saat gue dan temen-temen seangkatan gue naik ke kelas XI, sekolah gue kedatangan anak baru yang-menunggu-waktunya-untuk-disiksa-dan-dikerjain secara ketidak prikemanusian oleh anggota OSIS dan kakak kelas (termasuk gue).

Waktu itu kelas gue lagi kosong dan belum ada guru, beberapa temen sekelas gue keluar dan bersandar di balkon depan kelas. Gue yang bosen di dalem kelas juga ikutan keluar sembari melihat adek-adek kelas yang berjalan beriringan. Temen gue yang menjabat sebagai anggota OSIS, Yuni dan Dewi, bertugas menggiring adek-adek kelas untuk apel ke lapangan.

Biasanya tradisi di setiap sekolahan kalo adek kelas lagi dalam masa orientasi gini, suka dikerjain sama anak OSIS-nya. Sebagai contoh, untuk tahun lalu angkatan gue diwajibkan membuat tas dari karung beras, memakai name tag berbentuk hati, memakai topi koboi (buat cowok) dan topi kerucut (buat cewek), memakai jam tangan analog yang menunjukkan pukul 06:30 yang terbuat dari kertas, rambut dikuncir di atas ubun-ubun dan selama 3 hari masa orientasi ikatan rambutnya bertambah satu (buat cewek) dan memakai bando yang bertuliskan angka 6 dan 4 yang berdiri tegak (buat cowok). Semua barang-barang ini wajib dipakai saat masa orientasi. Nggak kebawa satu aja bakal digoreng di wajan panas! Oh ya, karena kelasnya banyak maka setiap kelas memiliki tema dan warna yang berbeda. Saat gue di kelas X-6, tema kelas kita ini Colloseum dan serba warna hijau. Yep. Hijau stabilo alias hijau cerah.

Untuk angkatan sekarang sih kayaknya lebih ekstrem. Kuncirannya nggak di ubun-ubun lagi, melainkan di segala tempat! Dari depan sampai belakang, dari samping kiri sampai samping kanan. Kaos kakinya juga terlihat berwarna-warni sampe-sampe orang yang liat bisa mikir ‘Itu kaos kaki apa pelangi ya?!’. Yang gue sesali, kenapa tas yang sekarang lebih enak daripada tahun lalu? Waktu zaman gue, tas yang dibikin itu dari karung beras! Susah banget buat jahitnya. Gue aja sampe minta tolong mbak gue buat dijahitin. Nasib.

-ooOoo-

Masa orientasi tahun ini sudah berakhir. Nggak ada acara ngerjain adek kelas lagi. Nggak ada acara bagi-bagi permen secara gratis lagi. Yaaah. Gue pengen banget tuh, kan lumayan dapet permen gratis tanpa dipungut biaya (bahasamu..) hehehe. Gue menjalani hidup ini dengan normal-normal aja. Sampai pada akhirnya kita menjalani yang namanya ulangan blok. Bagi kalian yang nggak tau, di sekolah gue ini sistem UTS (atau lebih populer sebagai Ulangan Tengah Semester) diganti menjadi ulangan blok. Soalnya essay dan bisa mencapai kurang lebih 10 butir soal tertulis. Ulangan blok ini diadakan dua kali per semester.

Ulangan blok pertama, rasanya biasa-biasa aja. Gue nggak mengalami kejadian aneh kayak ada yang kesurupan di kelas lah atau gurunya tiba-tiba kena epilepsi dan kita semua bisa nyontek dengan massal lah. Tapi ada satu hari dimana gue ketauan bikin contekan. Waktu itu lagi ulangan untuk mata pelajaran biologi dan pengawas ruangan gue saat itu adalah Bu Tambunan, guru bahasa Inggris.

Dia ngeliatin papan alas gue yang  keliatannya tebel dan banyak kertas. Disitu emang ada contekan matematika di hari sebelumnya yang belom sempet gue buang dan contekan biologi punya temen gue. Goblok banget gue! Akhirnya contekan matematika sama biologi (punya temen gue) malah diambil dan kertas coretan lain punya gue dibalikin. Anjrit.

Pas istirahat, gue diomelin sama temen gue gara-gara contekan biologi punya dia (yang saat itu lagi dipegang gue) diambil sama pengawas. Gue cuma bisa ngangguk dan diem saat dengerin bacotan dia. Pelajaran yang gue dapet saat itu adalah: jangan pernah ngambil contekan punya orang lain karena dosa yang harusnya dia tanggung akan berpindah ke kita.

Besoknya, gue nggak mau bikin contekan, tulisan rumus, ataupun yang lainnya. Gue kapok ketauan lagi sama pengawas. Selain faktor pengawas, faktor soal juga bikin gue ketakutan sendiri. Yang bikin otak gue bener-bener mampet itu pas di ulangan fisika. Gileeee, yang ngawas matanya jeli bener. Buat nengok aja gak sempet, apalagi nanya dan ngasih kertas kosong! Akhirnya soal itu gue jawab asal-asalan karena gue gak tau lagi harus gimana. Masalahnya saat itu dia ada di samping gue dan lagi ngeliat lembar soal gue yang masih kosong melompong!

‘Kok nggak dijawab, sih? Ayo dijawab nanti waktunya keburu abis..’ kata dia.
‘Lupa rumusnya, Bu.’ Kata gue, kalem.
‘Coba diinget lagi, waktunya berjalan lho!’

Kalo gue inget-inget, gue sama sekali gak pernah fokus ke pelajaran fisika. Nggak tau kenapa, yang jelas gue males banget buat belajar pelajaran laknat ini (kalo kedengeran Einstein, bisa mampus gue!) dan juga dari faktor penjelasan gurunya. Padahal itu guru cuma ngebacot doang di depan kelas. Aneh, pikir gue. Kok ada gitu ya sekolah yang mau nerima guru kayak dia?! Ketauan sama orangnya bisa-bisa dijejelin rumus nih :p

Satu lagi yang bikin seluruh angkatan dari kelas X, XI atau XII kalau ulangan sejarah dan bagi mereka yang nggak belajar di rumahnya. Besoknya begitu liat soal, langsung tercetus ide bagi mereka buat jawab soal itu secara ngarang! Yep. Ngarang bebas. Lo kata ini pelajaran Bahasa Indonesia ngarang?! Tapi emang bener sih, kocak aja gitu anak-anak pada jawabnya ngarang. Mungkin sejarah dunia bakalan berubah gara-gara semua murid jawab soal ulangan secara ngarang bebas! Uwooooh!! Beri tepuk tangan yang meriah.

-ooOoo-

Akhirnya tiba saatnya untuk pembagian hasil nilai ulangan blok. Gue saat itu sempet kecewa begitu denger nilai gue yang katanya banyak yang kurang dari standar. Gue juga dibilangin sama guru gue kalo rangking gue turun. Pas gue ngeliat nilainya, gue shock. Kok nilai mandarin gue nggak ada?! Pergi kemanakah nilai itu? Nilaaaaai, nilaaaaai, dimana kamuuuuu??

‘Kok nilai mandarin saya nggak ada sih, Bu?’ tanya gue.
‘Coba kamu ke ruang kurikulum. Mungkin bisa di print ulang.’ Katanya.

Dengan semangat ’45 gue pun bergegas menuju ruang kurikulum. Gue protes dan bilang bahwa nilai mandarin gue kosong. Itu bapak-bapak yang kerjanya ngeprint nilai bilang ke gue ‘Gurunya disuruh kesini aja.’

Geblek. Gue kirain cuma ngasih tau doang terus langsung print ulang. Gak taunya suruh ngajak gurunya kesitu juga. Dua kali bolak balik dong gue! Sebelom ke ruang guru, gue ditanya kelas berapa sama Bu Bunani, guru Bahasa Indonesia. Gue  mengaku bahwa gue penghuni kelas XI IPA 3. Dia lalu bilang ‘Kelas IPA 3 tuh berisik banget anak-anaknya! Kalau nggak ada guru yang ngajar berisiknya sampe kedengeran kelas sebelah!’ gue cuma bisa nyengir dan jawab ‘Yah, Bu. Namanya juga anak-anak galau. Hehe..’ akhirnya gue pergi dari hadapan guru itu sebelum gue dimutilasi pake jeruji sepeda (lah??)

‘Laoshi, nilai saya kok nggak ada?’ tanya gue ke guru mandarin.
‘Masa, sih?’ malah nanya balik, bah.
‘Katanya Laoshi disuruh ikut saya ke ruang kurikulum.’

Akhirnya gue memborong, eh, mengajak Laoshi gue buat memperbaiki kekurangan nilai. Setelah penjelasan yang cukup menyita waktu akhirnya nilai ulangan blok gue di print ulang. Dengan ini resmilah tercantum nilai 92 di mata pelajaran Bahasa Mandarin. Uhuuuy! Prikitiew! Xie xie, Laoshi!

Kocaknya lagi, peringkat gue langsung naik jadi ke peringkat 13. Bah. Kok gue selalu bermasalah sama nilai, sih? Dulu juga di kelas X semester dua sempet ada dua mata pelajaran di rapot gue yang nilainya kosong. Saat itu gue gak tau kalo nilai gue ada yang kosong, tiba-tiba temen sekelas gue, Ainul nelpon ke hp gue dan bilang kalo ada nilai yang kosong langsung minta print ulang.

NGUIIIINGGGG! Ngebut lah sepupu gue pas naik motor. Geblek. Gak liat apa orang yang dibonceng udah berasa terbang di udara gini?! #lebay. Nyampe di sekolah, gue langsung turun dan nyamperin Ainul. Emang bener katanya kalo ada nilai yang kosong langsung minta print ulang lagi biar gak salah. Dia juga bilang kalo ada temen kelas kita yang nilai try out PM juga ada yang ketuker sama anak lain di kelas. Menyedihkan memang bisa masuk ke kelas yang sama menyedihkannya dengan muka gue (lho?).

Gue nunggu agak lama di ruang kurikulum. Bangke. Gue kesini buat ganti print out rapot gue yang notabene ada dua mata pelajaran yang kosong, bukannya disuruh bengong-bengong bego sendirian di ruang kurikulum! Gue pun diajak ngobrol sama salah satu guru yang ada disitu. Sepertinya Bu Asni, guru biologi.

Sambil ngobrolin tentang nilai gue dan menjelaskan bahwa saat ujian gue masuk (karena kalo gak ikut ujian nilainya nggak masuk alias nggak ada nilai di rapot), akhirnya bapak-bapak yang kerjanya ngeprint nilai itu udah balik. Tenyata dia keluar buat minta tanda tangan kepala sekolah sama cap sekolah. Dengan dikembalikannya nilai gue yang baru, gue pun berasa mendengar nyanyian surga. Saat itu gue pengen banget nangis dan loncat-loncat kegirangan di ruang kurikulum. Tapi mengingat loncatan gue lebih mirip tarian pengusir setan, gue urungkan niat tersebut. Gue juga takut hidup gue berakhir dengan cara ditembak pake luger gara-gara gue menari dengan bohainya (baca: loncat-loncat gaje)

-ooOoo-

Gue pulang ke rumah dengan perasaan bangga di dada #plak hoho. Gue ngasih tau nyokap bahwa gue masuk ke kelas IPA. Nyokap seneng banget, sampe-sampe dia BBM-an dengan noraknya sama sodara-sodara jauh gue kalo gue berhasil masuk kelas dua dan jurusan IPA. Nyokap juga nelpon bokap biar cepet-cepet balik ke Jakarta dari Lampung, cuma buat liat rapot gue! Dasar nyokap, yang naik kelas gue kenapa dia malah norak sendiri gitu? Mungkin ini baru satu dari seribu cara dari gue untuk membuat nyokap atau bokap gue bahagia :D

Kamis, 08 Desember 2011

Boku to Boku no Kazoku no Koto (1)

Nama gue Fitri. Lengkapnya sih Fitria Amanda Putri. Gue dibesarkan di lingkungan keluarga yang menurut gue cukup harmonis. Gue anak bontot alias bungsu, dan gue juga punya satu abang yang sekarang tinggal di Bogor sama keluarganya (iye, dia udah nikah). Kehidupan gue biasa-biasa aja tuh, nothings special from my life :D

Di postingan ini gue mau bahas tentang keluarga gue, mulai dari bokap sampe ke gue sendiri. Judulnya emang agak aneh, pake bahasa Jepang. Yaa, hitung-hitung sembari melancarkan BAB gue (lho?!) haha. Sip yak, dimulai dari bokap dulu!

( ^▽^)

Bokap gue namanya Abdoel Halim. Orang-orang sih manggilnya 'Pak Agus' (entah kenapa, padahal gak ada hubungannya..) atau 'Pak Abdul'. Lahir di Yogyakarta pada tanggal 13 Mei 1953, cukup tua untuk seorang bapak-bapak. Bokap gue juga punya darah Sunda-Jawa dari ortunya, tapi yang gue heranin kenapa ngomong bahasa Sunda atau Bahasa Jawa tuh bokap gak terlalu bisa? Hem, aneh. Oh ya, bokap ini adalah orang yang sangat mendukung gue dalam berbagai hal. Dia selalu kepengen gue bisa dan menekuni bakat gue di bidang sastra. Oh ya bokap gue juga gaul loh, dia aja pake BB (blue berry) #plak

Bokap gue udah pensiun, mungkin karena faktor U kali ya? Sekarang sih caranya dia untuk mendapatkan duit adalah dari agen pertamina di Lampung punya om gue yang udah almarhum. Kasian juga gue sama bokap, sendirian kerja banting daging nyari sepeser rupiah buat keluarganya (halah, bahasamu ketinggian!). Kadang sampe sebulan lebih gak pulang ke rumah. Huhu, jadi keinget lagunya YUI yang 'Please Stay With Me' deh XD

Bokap gue juga maniak bola, apalagi liga Inggris. Kalo udah nonton bola, suaranya kenceng bener! Suka teriak-teriak sendiri lah, ngedumel lah, atau kadang suka ngeluh sendiri di depan TV. Lucu banget! Selain itu, bokap juga suka ngigo kalo tidur. Entah mimpi apaan dia bisa sampe ngigo begitu. Lucunya, kalo ngigo itu suaranya kayak orang lagi nangis haha (eh parabet ya ngatain bokap sendiri?) Belakangan gue baru tau kalo bokap itu lagi mimpi serem. Sabar aja ya, Pa!

Bokap juga termasuk orang yang gak suka berambut panjang. Hal ini berbanding terbalik dengan anak sekolahan jaman sekarang. Kalo udah ngerasa panjang, langsung cukur, kalo perlu dibotakin sekalian! Sementara anak SMP-SMA jaman sekarang yang kalo ada cukur gratis sama guru di lapangan sekolah aja udah kabur-kaburan. Haha. Besok gue ajak deh bokap ke salah satu sekolah negeri yang lagi ada pangkas rambut gratisnya. Lumayan lah menghemat pengeluaran :p

Bokap gue ini juga tipe orang yang pelupa. Waktu itu pernah minjem duit gue 20 ribu (entah buat apaan) dan dia janji bakal gantiin duit gue itu. Keesokan harinya, giliran gue tagih duit gue yang kemaren dipinjem eh bokap ngakunya gak minjem sepeserpun dari gue! Emang dasar faktor u nih..

Hubungan gue sama bokap itu gak terlalu deket karena bokap itu sibuk banget sama kerjaannya. Yaah, sudah menjadi resiko seorang Fitria Amanda Putri menjadi anak yang ditelantarkan kekurangan kasih sayang dari seorang ayahnya. Tapi walau gak terlalu deket, hampir 80 persen semua kebutuhan hidup gue semuanya ditanggung oleh bokap. Dari mulai urusan sekolah sampe urusan pribadi. Contohnya, buku pelajaran gue semuanya dibayar bokap. Uang SPP gue sekolah bokap yang bayarin. Pulsa internet juga dibeliin sama bokap. Tabungan study tour ke Jogja-Bali gue juga bokap yang ngasih duitnya! Wih, papaku memang hebat deh! Ai lop yu pull mai fader! Haha..

Yang paling bikin gue malu adalah dulu pas bokap gue ngambil rapot gue di SMP. Kocak banget deh. Bokap sempet nyasar gitu di koridor sekolah nyariin keberadaan kelas gue padahal justru kelas gue di deket dia. Haaah, dasar bokap! Udah gitu dia sempet beberapa kali nanya sama murid disana tapi tetep aja gak menemukan dimana ruang kelas itu berada. Akhirnya seorang guru (yang saat itu wali kelas gue sendiri) nanya ke bokap gue, 'Bapak cari siapa?' lalu bokap menjawab dengan polos, 'Kelas anak saya, Bu. Katanya kelas IX-4 tapi kok saya cari nggak ketemu ya?'

Sumpah! Gue malu abis denger cerita ini dari temen gue (yang kebetulan jaga di depan kelas buat pengambilan nomor) Gue gak tau soal bokap nyasar ini karena saat itu gue lagi di toilet dan nge-sms bokap cuma bilang kalo kelas gue di lantai 3 dan paling pojok. Hahaha, bokap bokap.. Bokap gue ini kalo lagi asik, asik-asik aja buat diajak ngobrol atau bercanda. Tapi kalo lagi sangar, tampangnya udah kayak Pak Raden kehilangan kumisnya (lho?!) wkwkwk :p

Anyway, bokap sekarang gimana kabarnya ya? Gue beneran kangen deh sama bokap. Kangen bercanda bareng, pergi ke gramedia bareng, makan bareng di Mc Donalds. Huaaaa, papa! Kembalilah ke rumaaah~ kami menantimu *nangis kejer* #galauakut

Indah dan Nugraha

Dapet angin. Yeah! Akhirnya gue bisa nulis cerita lagi setelah bertahun-tahun nggak pernah dapet ide buat nulis. Cerita ini cerita yang gue alamin, istilahnya dari kisah nyata lah. Semua nama orangnya gue samarin tapi kejadian sama tempatnya bener dengan sedikit penyamaran! Lah sama aja disamarkan juga dong kalo gitu? Yaaa, gue sengaja aja biar cerita ini bisa jadi renungan. Jangan lupa dibaca ya! #ngarep
-ooOoo-

Waktu pertama masuk SMA, gue ditempatin di kelas X-F. Di kelas ini, ada beberapa temen gue yang dulunya satu SD sama gue. Di kelas ini pula gue kenal dengan satu anak cewek yang hobinya hampir sama kayak gue. Tapi hari terakhir MOPDB (Masa Orientasi Peserta Didik Baru) ada suatu tes yang gunanya buat menentukan kelas unggulan. Hari itu hari Rabu dan gue menjalani tes itu dengan perasaan gak tentu: gelisah antara bisa dan gak bisa.

Hari Kamisnya pas gue dateng ke sekolah, gue ngeliat ada selembar kertas yang ditempel di kaca setiap kelas satu. Gue ngeliat kertas itu. Ternyata itu daftar nama anak-anak yang bakal menempati kelasnya. Panik, gue nanya ke salah satu temen gue, Hani, kenapa nama gue bisa gak ada di daftar. Setelah diliat ternyata nama dia juga gak ada. Wah, jangan-jangan nama kita ada di kelas lain! Gue sama dia berusaha mencari di depan kelas lain. Pas di depan kelas X-D, nama kita berdua emang ada disitu. Haaah dasar sial, kenapa pake pindah segala coba? Padahal gue akui, saat-saat di kelas X-F lebih menyenangkan.
( ^▽^)

Setahun berlalu, gue pun naik ke kelas XI. Dari kelas X gue emang pengen banget masuk kelas IPA karena katanya jurusan IPA kalo kuliah bisa ngambil jurusan apapun (termasuk buat jurusan IPS). Sebelumnya kan harus daftar ulang dulu sekalian bayar SPP buat bulan itu (gue lupa saat itu bulan apaan..) dan mas-mas yang bertugas mencatat kartu bayaran gue bilang ‘Nanti kalo masuk kamu tinggal liat di papan depan UKS ada namanya apa nggak.’

Yap. Gue bener aja masuk kelas XI IPA. Senang, riang, hari yang kunantikan telah tiba. Saat itu gue masuk kelas XI IPA C. Ada beberapa temen gue juga yang pas kelas X-D (dan X-F) yang masuk ke kelas itu jadi gue udah gak perlu takut gak kenal lagi. Ada juga yang dari kelas lainnya, jadi gue bisa berbaur dengan mereka. Gue duduk sama temen gue yang dulu sempet gue kenal di kelas X-F, namanya Pingkan. Yang gue baru sadar adalah: cewek yang sehobi sama gue juga sekelas sama gue dan dia duduk bareng sama temen sekelas gue waktu di X-D, Julia.

Kelas XI IPA C anaknya asik-asik. Pokoknya kelas gue ini kelas yang bisa dibilang TOP BANGET deh. Guru wali kelas gue adalah guru mata pelajaran Bahasa Inggris. Wah, kayaknya makin tambah seru! Soal anak-anaknya juga mereka gak pernah milih-milih temen, mau bergaul sama siapa aja, kompak, pokoknya gue seneng bisa masuk kelas ini! 愛してる XI IPA C, あの記憶が忘れたんだ(1). 

Sampai akhirnya gue pun akrab sama cewek itu. Makan waktu setahun dulu untuk gue bisa akrab lagi sama dia, huhu. Oh ya gue lupa kenalin nih, nama cewek yang gue maksud itu Indah. Dari segi penampilan sebenernya dia cantik, kulitnya putih dan mulus (waaah jangan mikir macem-macem dulu, ya!) dan rambutnya panjang. Tipikal cewek “sempurna” yang disukain banyak cowok lah.

Indah ini orangnya suka banget kartun dan komik Jepang, makanya dia cocok sama gue. Kemanapun gue pergi, pasti selalu ada Indah disamping gue. Karena sering berdua itulah di lingkungan sekolah gue suka dibilang ‘pacaran’ sama dia. Pernah suatu hari pas gue lagi mau ke kantin beli minuman, gue papasan sama temen SMP gue yang masuk kelas XI IPS B. Dia bilang ke gue ‘Fit, kok gak bareng sama pacar lu? Hahaha!’. Wah sialan, gue dikatain lesbi sama dia. Ckckck, awas lu! Pulang sekolah gue jadiin lu perkedel kentang! (lha??)
(=゚Д゚=)

Selain Indah, gue juga kenal satu cowok yang suka nonton anime (kartun jepang) di leptop di kelas. Namanya Nugraha atau panggilannya Taka. Gue kenal dia secara gak sengaja saat si Indah bilang ke gue tentang tokoh kartun Hetalia kesukaan gue dan dia punya kartunnya di leptopnya. Akhirnya gue mengenal mereka berdua sebagai penggila kartun Hetalia se IPA C.

Sampai pada akhirnya saat gue dan Nugraha lagi iseng smsan nanya PR, dia mau ngaku ke gue tentang sesuatu. Pengakuannya berhubungan sama salah satu anak cewek di kelas. Setelah gue paksa untuk bilang yang jujur ke gue soal cewek itu dan dia pun dengan berani mengakui kalau dia naksir berat sama Indah. Gue ketawa di kamar pas tau dia bilang kalo dia suka sama Indah. Bah! Dunia serasa kiamat! Bumi gonjang ganjing dan gunung Eyjafjallajökul di Islandia, Eropa, meletus! Kemana aja lu Fitri sampe-sampe gak tau temen sekelas lu naksir sama ‘pacar’ lu?!

Dia gak bilang ke gue naksir sama Indah dari segi apanya, yang jelas dia sayang banget sama cewek itu. Dia pengen banget melindungi cewek itu dari marabahaya (halah bahasa lu) pergaulan bebas. Kok gue ngaitin ini sama pergaulan bebas? Katanya sih, si Indah ini naksir sama anak kelas sebelah (XI IPS A) yang namanya Jamil dan Nugraha pernah bilang kalo si Jamil ini cowok playboy yang suka gonta ganti pacar. Dia gak mau kalau seandainya Indah bener jadian sama dia bakal dipermainkan perasaannya.
 ( ・ω・)ノ

Sikap mereka berdua kalo di kelas udah bagai kucing yang lagi berantem. Gue aja sampe bingung gimana mau melerai mereka berdua. Menurut pemikiran gue sih sebenernya niat Nugraha itu baik, tapi Indahnya aja yang gak mau tau. Mungkin dia udah males duluan sama Nugraha.

Eh tapi bener lho! Gue jarang nemuin cowok kayak dia yang rela berkorban apapun demi deket sama cewek yang ditaksirnya. Dia rela beliin pulsa buat Indah demi bisa deket sama dia walaupun cuma lewat sms. Dia juga rela ngabisin pulsanya demi ngobrol beberapa kalimat sama Indah. Ternyata dibalik badannya yang kayak gentong itu tersimpan sebuah perasaan yang gak pernah bohong (wow, berima!). Tapi emang dasar keras kepala, Indah tetep aja acuh dan selalu berpikiran bahwa ‘Nugraha adalah pengganggu hidup gue’.

Gue kalo baca sms dari Nugraha suka ngerasa iba dan kasian. Kok bisa ya ada orang yang setegar itu dan dia tetep ngincer cewek yang disukanya walau cewek itu gak suka? Inilah unrequited love, atau cinta yang tak berbalas. Cinta yang tak berbalas adalah hal yang paling bisa bikin kita ngais tanah. Untuk tahu kalau cinta kita tak berbalas, rasanya seperti diberitahu bahwa kita tidak pantas untuk mendapatkan orang tersebut. Rasanya, seperti diingatkan bahwa kita, memang tidak sempurna, atau setidaknya tidak cukup sempurna untuk orang itu.

Gue pengen banget bikin Indah sadar bahwa ada cowok yang sayang sama dia setulus hatinya, tapi kayaknya gak bakalan berhasil karena dia orangnya udah males duluan kalo ada cerita yang berhubungan sama Nugraha. Bertepatan saat itu lagi ada acara J-Fest di UNJ dan SEA Games. Gue udah ngajak beberapa anak di kelas tapi gak ada yang bisa karena ada acara lain. 

Kemungkinan yang bisa cuma dia sama Nugraha doang. Gue udah hampir berhasil ngajak Indah tapi dia nolak dengan berkata ‘Kalo ada Nugraha gue gak mau ikut,’. Gue lapor kejadian ini sama Nugraha. Dengan ekspresi kecewa dia bilang ke gue ‘Kalo Indah gak mau ada gue, it’s okay. Gue gak akan ikut. Gue nggak mau ngerasa gangguin dia dan bikin dia gak nyaman dengan kehadiran gue.’

Akhirnya gue bilang ke Indah kalo Nugraha gak jadi ikut dan dia gak bakal ngerasa terganggu. Tapi si Indah tetep kolot dan gak mau ikut. Ujung-ujungnya dan mau gak mau gue pergi sendirian sama temen fb gue yang sesama penyuka Jepang. Akhirnya Nugraha pun klarifikasi ke Indah dengan bilang bahwa dia gak ikut karena takut mengganggunya. Emang dasar kepala batu, Indah tetep aja kekeuh dengan pendiriannya itu.
( TДT)

‘Eh Fit itu anak kenapa sih nolak-nolak gitu? Udah jelas gue gak ikut kok dia tetep aja gak mau?’ kata Nugraha di telpon. ‘Ntar lu kesananya gimana?’
‘Palingan sendiri. Udahlah biarin aja, mungkin dia kecapean.’ Jawab gue datar.
‘Tapi gak bisa gitu juga kali, Fit. Kasian elunya jalan sendirian kesana. Kesannya gak percayaan banget itu bocah,’
‘Udahlah Tak, biarin aja. Gue bisa jalan sendiri, kok..’

Yang gue gak tau saat itu dia lagi mikirin rencana buat si Indah. Niatnya sih supaya si Indah itu berubah. Peran gue saat itu adalah jadi orang yang ngambek dan marah sama Indah pas di sekolah dan ngebuat dia jadi gimana gitu. Pokoknya selama di sekolah gue gak boleh ngomong atau apapun sama dia. Istilah keren bagi anak sekarang sih dikacangin (2).

Rencana itu dimulai sejak hari Senin pagi dimana gue baru dateng ke kelas dan naro tas di kursi. Dia nyamper gue sambil nanya tentang PR biologi dan pertanyaannya gue jawab dengan nada datar. Bel sekolah berbunyi (bunyinya kayak kereta yang mau dateng ke stasiun, lucu!) pertanda murid-murid harus turun ke lapangan untuk upacara. Gue ngambil topi dan segera keluar dari kelas. Di perjalanan menuju lapangan dia sempat bertanya ke gue ‘Elu marah sama gue, Fit?’ lalu gue jawab, ‘Ah, nggak kok. Gue lagi pengen diem aja.’

Seharian penuh gue ngediemin dia. Bahkan gue nggak nyamperin mejanya buat ngobrol atau ngajak dia pergi bareng ke kantin. Pokoknya gue harus menjalani peran gue sebagai orang yang sedang marah namun tidak menunjukkan ekspresi sedang marah (kalimatnya agak janggal, tapi ya sudahlah). Agak-agak nggak nyaman juga sih dengan peran ini, tapi apa boleh buat? Toh ini demi dia juga kan? Nugraha, juga punya tugas: orang yang ngajak gue baikan sama Indah. Saat istirahat kedua dia sempat bertanya ke Indah tentang gue. ‘Cuma sehari doang, kok. Gue nggak apa-apa.’ kata Indah lalu pergi meninggalkan kelas.
 (。・ω・)_旦

Hari Selasa, gue malah makin menjalani peran. Indah sama sekali belum menunjukkan rasa kecurigaan terhadap gue. Nugraha pun masih mengisyaratkan bahwa peran ini kayaknya masih berlanjut hingga beberapa hari kemudian. Gue mengiyakan. Beberapa temen sempet heran ngeliat gue yang biasanya nempel bareng Indah tiba-tiba jadi saling diem-dieman gini.

Hari Rabu. Tampaknya Indah sudah nggak karuan. Dia jadi sering diem dan pundung (3) di kelas semenjak gue ngediemin dia. Gue juga sedikit ngerasa bersalah sama dia semenjak peristiwa hari Senin lalu. Tapi gue masih menjalani peran sebagai orang yang ngambek dalam skenarionya Nugraha. Kalo gue tiba-tiba baik sama dia nanti bisa curiga dan kebongkar deh rahasianya! Temen sekelas gue, Dewa, sempet ngajakin gue baikan sama Indah tapi gue diemin aja dia. Nugraha sempet bilang ke gue kalo dia yang boleh ngajak gue baikan sama Indah pas istirahat kedua. Rencananya simpel aja: dia narik tangan gue ke mejanya dan ngajak gue baikan. Gampang kan? Iyalah gampang, kan cuma pura-pura.

    Sesuai rencana, saat itu pun tiba. Gue abis jajan dari kantin beli 2 bungkus wafer chocolatos dan sebotol aqua. Saat masuk ke kelas dan meletakkan barang jajanan gue, Nugraha menghampiri gue.

‘Ada apaan?’ gue bertanya dengan tampang sotoy. Padahal gue udah tau ini tuh tugas dia untuk membuat gue berbaikan lagi dengan Indah.
‘Ikut gue ke mejanya Indah! Sekarang!’ bentaknya.

Pada akhirnya gue pun berhasil dibawa ke mejanya Indah. Terlihatlah Indah duduk termenung disitu sambil masang tampang heran.

‘Woy, Tak! Lepasin tangan gue! Lepaaaas!!’ gue teriak. Akhirnya tangan gue dilepasin.
‘Gue gak mau kalian diem-dieman gini. Baikan, lah..’ pintanya.
‘Apaan, sih?! Elu gak tau sih gimana rasanya gue saat itu pergi sendirian tanpa kehadiran temen! Gue butuh dia tapi dia gak mau bantu gue! Apa-apaan itu?!’

Beberapa anak di kelas terdiam. Mungkin mereka kaget juga ya kenapa gue bisa marahan sama Indah kayak gini? Gimana bisa gue sama dia yang selalu barengan tiba-tiba gue jadi ngebentak di hadapannya di kelas. Akhirnya Indah beranjak dari bangkunya dan menghadap muka gue.

‘Okelah, gue minta maaf.’ Dengan membungkuk ala orang Jepang dia pun meminta maaf kepada gue. Gue yang udah gak tahan dari tadi, langsung ketawa di depan mukanya dan gue bilang sama dia kalo itu cuma bercanda. Dia kaget. Sempet gue liat matanya yang kayak mau nangis tapi ditahan itu. Akhirnya misi ini pun selesai dengan cara yang agak aneh.
( ̄^ ̄)凸

Entah kenapa si Nugraha sama Indah musuhan lagi. Katanya sih gara-gara Indah kurang ajar sama dia. Dia bilang ke gue kalo hari Jum’at Indah sempet minta maaf ke dia tapi ujung-ujungnya nampar pipinya. Dia panggil baik-baik tapi Indah malah ngebentak. Jelas Nugraha gak terima diginiin. Dia pengen banget ngerubah sikapnya Indah supaya gak kayak gini lagi.

Hari Sabtunya Indah sempet nelpon Nugraha. Gue gak tau tentang ini tapi yang jelas Nugraha bilang ke gue saat itu Indah nangis di telpon. Kayaknya dia ngasih gertakan ke Indah. Gue kasian dengernya tapi demi dia supaya bisa berubah, gue rela-rela aja kok.
(-人-;)(;-人-)

Sebenernya Indah itu cewek yang beruntung karena ada orang yang sayang banget sama dia secara tulus. Tapi kenapa ya kebaikan cowok itu selalu dianggap negatif sama dia? Mungkin ini pertanyaan yang tidak akan bisa terjawab walaupun gue pikirkan berapa kali pun. Mungkin...
-END-

GILA! Ngetik ini sepanjang 6 halaman dan baru selesai sekarang?! Ckckck, gila bener deh. Gimana ceritanya? Cacat? Aneh dan gak jelas? Terlalu sineton? Sayang sekali kalau anda mau menyebut ini cerita yang sinetron banget anda gak berhak berkata begitu. Ini cerita tentang temen saya yang dijadiin cerpen! Awas ngomong gitu! Bisa digiling sama orangnya jadi daging giling! Hehe :p

Keterangan:
1: Aishiteru XI IPA C, ano kioku ga wasuretanda! (aku cinta padamu kelas XI IPA C, kenangan itu takkan kulupakan!)
2: Didiemin
3: Murung

Jumat, 11 November 2011

Tanpa judul. Untitled. Mudai.

Udah lama yak gue gak buka ini blog? Fuuh gue harus bersihin lumut dan sarang laba2 yang menggila ini! HYAAAAAH!! Oke OOC-nya udahan lah. Kasian yang baca bisa ketularan gila :D

Gue lagi naksir berat sama cowok di kelas gue. Orangnya? Bisa dibilang sederhana, supel, gak mementingkan diri sendiri dan juga baik hati (halah). Dia juga orangnya alim banget, walau dari tampang gak menjamin sih(?) haha. Rasa suka gue ke dia muncul karena beberapa alasan: 1) Dia baik dan perhatian ke gue, 2) Dia suka nanya tugas ke gue (apa hubungannya?) atau 3) Dia mirip mantan gue (makin gak nyambung!)

Bahkan yang tadinya gue suka sama 'kembaran'nya di kelas, tiba2 jadi gak suka karena dia! Masyaoloh, wat hepenet tu mai filings? (゚Д゚;)

Beberapa temen gue menyarankan untuk langsung nembak dia tapi gue gak mau (dan gak siap) karena takut sakit hati kayak waktu dulu. Huhu, hidup gue miring miris amat ya?

Mungkin selamanya ini akan menjadi 'Shizuka na Koi no Monogatari' atau kalo diterjemahin ke Bahasa Indonesia artinya cerita cinta yang tenang. Maksudnya tenang itu tuh kayak gue gini, suka sama seseorang tapi gak berani mengungkapkan alias tenang! Omaigat, beginikah kisah cintaku? Tenang seperti tenangnya danau #bahasapuisi

Maybe our paths isn't crossed :')

Rabu, 24 Agustus 2011

Aqua Timez - STAY GOLD (Indonesian)

Yap! Selesai juga terjemahan lagu ini. Dengan penuh perjuangan, keringat yang bercucuran, jeritan, erangan dan teriakan di dalam kamar mandi (?) saya persembahkan sebuah mahakarya tolol yang dibuat oleh manusia paling tolol se-Indonesia haha.

Aqua Timez - STAY GOLD

Berapa banyak air mata yang telah kau hapus dengan punggung tanganmu?
Sebagai manusia, itu adalah kelemahan terbesar yang telah kau dapatkan
Ada pemandangan di sisi lain dari setiap kelopak mata masing-masing, oleh karena itu
Tidak apa-apa bagi setiap orang untuk berbeda (1), dan dalam beberapa hal semua orang akan menjadi sama juga

Aku tidak ingin berbalik arah dan meninggalkan mimpi seseorang dengan cara yang licik dan baik

“Orang yang mencintai orang” dikatakan agar angin dapat meniup bunga, agar burung dapat terbang melintasi langit
Agar gelombang kembali mendekati matahari terbit dan tenggelam (2)
Mereka mengulang teriakan cinta lagi dan lagi

Saat aku tersesat dalam pikiranku, es krimku perlahan mencair
Demi hari esok, aku mematahkan apa yang ada disini
Hanya melihat piring-piring yang retak
Karena kesalahanku, ada satu hal yang tak bisa kulakukan sekarang namun telah kulakukan sebelumnya

Bumi tidak mengubah kecepatannya, cahaya dan bayangan mempertanyakan kita berulang-ulang

Gunung ini menghalangi jalanku dan aku menumpuk banyak alasan
Karena itu terjadi oleh kesalahan seseorang, namun sebenarnya tidak
Kita selalu berkata “kita ingin menjadi kuat” namun dalam kenyataannya kita tidak pernah “menjadi kuat” seperti kita yang sekarang
Apakah cara ini, cara ini, baik untuk kita?

Dengan bangga, bendera yang tergantung itu berkibar oleh (tiupan) angin biru
Aku ingat makna tempat ini...

Sebagai contoh, jika tangan kita terhubung, suatu hari nanti akan datang hari dimana mereka akan berpisah
Tetapi tetap, tetapi tetap saja kita takkan dihukum karenanya
Agar gelombang kembali mendekati matahari terbit dan tenggelam
Mereka mengulang cinta lagi dan lagi...

Seperti bendera yang tergantung di atas bukit dimana angin berhembus
Jika kau menyanyikan lagumu, tidak apa-apa
Sekarang aku akan tetap menyanyikan laguku juga, kali ini saja
Aku dapat mengeluarkan suaraku, bahkan jika logika dapat menyembunyikan langit

Catatan:(1) Maksudnya Futoshi orang yang berbeda disini itu adalah berbeda bukan dari sudut pandang materi, tapi berbeda kelebihan dan kelemahannya. Intinya, perbedaan bakat yang dimiliki seseorang lah.
(2) Di Jepang, matahari terbit dan tenggelam itu paling bagus dilihat di sekitar pantai. Saya juga gak ngerti kalimat ini, tapi ya mudah-mudahan sih seperti itu ya, haha :D

Jangan copy-paste tanpa seizin yang punya! Do not copy without permission! 「許可なくコピーしないでください」

Romaji

kimi wa sono tenokou de ikutsu no namida o nugutte kita no
hito toshite tadashii yowasa o sazukatte
mabuta no ura no fuukei wa sorezore dakara
minna chigatte ii soshite minna dokka de nite iru

zurukute yasashikute dareka ni furimuite hoshikute
yume o suterare nakute

tori ga sora o wataru you ni kaze ga hana o yurasu you ni
hito wa hito o aisuru toiu koto
hi ga nobotte shizumu you ni nami ga yosete kaesu you ni
nandomo nandomo kurikaeshi ai o sakebu no

kangaegoto o shite itara AISUKURIIMU ga tokete shimatta
ashita no tame ni koko ni aru mono o kowashite shimau
warete shimatta sara o mitsumete iru bakari
ayamachi no tame ni ima dekiru koto hitotsu mo yarenu mama

chikyuu wa sokudo o kaezu hikari to kage o kurikaeshite
bokura ni toikakeru

tachihadakaru kono yama wa boku ga iiwake o tsumiagete
dekita no dakara dare no sei demo nai
tsuyokunaritai to wa iu ga hontoni tsuyokunarou to wa shinai
bokura wa kono mama kono mama de ii no darou ka

unadareta hata ga aoi kaze ni deai
hokorashige ni hatameki kono basho ni aru imi o omoidashita

tatoebate o tsunai da nara itsuka wa te o hanasu hi ga kuru
soredemo soredemo kori mo sezu bokura wa
hi ga nobotte shizumu you ni nami ga yose te kaesu you ni
nandomo nandomo kurikaeshi ai o…
kaze fuku ano oka ni tatte tanabiku sono hata no you ni
kimi wa kimi no uta o utaeba ii
joushiki ga sora o kakushita tte ima wa tada furishiboru you ni
boku mo boku no uta o utai tsuzukeru yo

Kanji

作詩:太志 作曲:太志

君はその手の甲で いくつの涙を拭ってきたの
人として 正しい弱さを授かって
まぶたの裏の 風景はそれぞれだから
みんなちがっていい そしてみんなどっかで似ている

ずるくて 優しくて 誰かに振り向いてほしくて 夢を捨てられなくて

鳥が空を渡るように 風が花を揺らすように 人は人を愛するとゆうこと
日が昇って沈むように 波が寄せて返すように
何度も 何度も 繰り返し愛を叫ぶの

考え事をしていたら アイスクリームが溶けてしまった
明日のために ここにあるものを壊してしまう
割れてしまった 皿をみつめているばかり
過ちのために 今できること一つもやれぬまま

地球は 速度を変えず 光と影を繰り返して 僕らに問いかける

立ちはだかるこの山は 僕が言い訳を積み上げてできたのだから
誰のせいでもない
強くなりたいとは言うが ほんとに強くなろうとはしない僕らは このまま
このままでいいのだろうか

うなだれた旗が 蒼い風に出逢い 誇らしげに はためき
この場所に在る意味を 思い出した

たとえば手を繋いだなら いつかは手を離す日が来る
それでも それでも 懲りもせず僕らは
日が昇って沈むように 波が寄せて返すように
何度も 何度も 繰り返し愛を…
風吹くあの丘に立って たなびくその旗のように
君は君の歌をうたえばいい
常識が空を隠したって 今はただ振り絞るように
僕も僕の歌をうたい続けるよ

oOoOoOoOoOoOoOoOo

Apabila terdapat kesalahan dalam proses penterjemahan lirik ini, saya mohon maaf. Maklum, otak lagi kena diare tingkat maksimum! Diapet dan Diatabs aja nggak mempan buat nyembuhin diare otak saya. Hahaha. Kalo ada yang salah-salah dan kalian punya terjemahan versi bagusnya, kasih tau saya ya! Sekedar buat referensi aja :D oke cukup sudah gila-gilaannya, sampai jumpa dan sampai bertemu lagi di rumah mertua anda (?)

Salam ancur!

Sabtu, 06 Agustus 2011

Hubungan antara manusia dengan PATUNG (?) - part 2

Author: Lalalalalalalalaaaa~ *bersenandung nyanyian India*
Narator: Yak, sepertinya Author sarap kita sudah selesai mandi. Sekarang kita bunuh beri dia kesempatan untuk menceritakan pengalamannya yang tadi sempat terputus di part 1! Ini lanjutan dari dialog yang sebelumnya.
Author: AN**** BA*I T** B*****T diem aja deh, lo!! (wow, doubutsuen no kotoba*)

~oooOOooo~

(Narator: Aih aih, kayaknya saya melihat ada yang baru jadian nih. PJ-nya ditunggu yaaaa! Mau traktir saya makan juga boleh, kok, Author kan orangnya baik hati, tidak sombong serta berbakti pada orang tua, bangsa dan juga negara! Uye, uye, cikiciiiiiiw -?-)

Mister J: Iya dah.. Bsk ngga sklh emg??
Author: Nggak, libur. Yang taekwondo atau basket sih masuk buat lat
Mister J: Oooo.. Bsk jam brp nih kita jalan.. :)
Author: Jam berapa yaaa? Terserah kamu aja
Mister J: Jam 10an?? Gmn??
Author: Hehe, iya deh gpp. Gak ngantuk nih?
Mister J: Engga tuh.. Ntar ja sama kamu. Kamunya ngga bobo???
Author: Masih onlen, hehe
Mister J: Onlennnn melulu.. Mau apa sih kamu??
Author: Nyari foto, hehe. Waktu itu gk sengaja kehapus tp untung udh di upload :D
Mister J: Photo apa lg c?? Photo anime??
Author: Bukaaan, foto aku kok hehe liat aja di album
Mister J: Lg ngga online akunya.. Ntar deh kapan-kapan.. Narsis bgt sih fotonya.. Kalah nih..
Author: Hehe nggak sih gak narsis tapi eksis wk
Mister J: Yuuk bsa di adu besok.. Siapa paling eksis.. :p
Author: Ayo. Siapa berani? Liat besok ya, siapa yg paling hebat! Hehe
Mister J: Sekalian ya lompat dari pohon kelapa, pala di bawah trus PEACE MAN! Hahahahha. Keren tuh..
Author: Itu sih gila namanya, oh ya aku harus panggil kamu apa sekarang?
Mister J: Panggil sesuai kata hatimu aja. Apapun panggilannya minumnya tetap teh botol sosro.. :)
Author: Hehe, apa ya? Aku bingung. Apapun minumnya, makannya tetap indomie c:
Mister J: Woo.. Dasar tukang mie.. Huuuu.. Gemesin banget deh..

(Narator: Sumfeh, lagi bulan puasa ngomonginnya makanan dan minuman! Maaaak, lapeeeer! *lho? Kok malah jadi Bondan Winarno?* Haha, hot men..)

Author: Wee masa aku dibilang tukang indomie.. Jelek dasar :C
Mister J: Jelek tapi ideal. Daripada kamu jelek ndut. Hahahahaa. Terus tukang apa?? PP aja indomi.. Capek dwech..
Author: Kapan? Indomi dari mananya?
Mister J: Tuh di PP mu lagi bawa mie.. Tiap buka akun fb mu bawaannya lapeeerrrrr melulu.. Bsa gendut dah..
Author: Wek, bukan indomie sih yg aku bawa.. Tapi spaghetti salaaah
Mister J: Spagheti?? Ah, ngga doyan.. Ramen donk..
Author: Huu, nawar.. Soto deh kalo gitu =)
Mister J: Zaman soto?? Mie Yamin lah numero uno di Arundina dan sekitarnya. Hahahahaa.
Author: Mie pelangi dong, masih jaman gitu mie warna cuma kuning?
Mister J: Wah, ada warna pink ngga?? Wkwkkwkw. Nyebelin nih kamu.. -,-
Author: Ada kayaknya hehe, namanya juga pelangi pasti macem2 warnanya :p
Mister J: Mmwwaacchh.. Pengen deh cium kamu..
Author: Hehe, besok lah..
Mister J: Cium fotonya dulu bsa kali ya.. Ehhehehe..
Author: Maunya, padahal boneka tuh sebenernya yg dicium. Ya kan?
Mister J: Ntar deh ku cari boneka babi sbg penggantimu.. Yang gede gtu lho..
Author: Wah aku dihina, dimiripin sama boneka babi :c
Mister J: Sama2 lucu dan imut kan?? Eh eh, ngga bobo kamu??
Author: Belum, kamu juga? Aku gak bisa tidur nih, insomnia
Mister J: Knp?? Aku bobo ya sayang. Besok harus bangun pagi buat belanja soalnya..

(Narator: Yak, percakapan antara dua insan yang sedang berduka berbahagia itu berakhir dengan diucapkannya kata “sayang” dari Mister J kepada Author tercinta kita! Kata-kata itulah yang sampai sekarang sulit dilupakan oleh sang Author.)
~oooOOooo~

Narator: Saya tahu, dalam hati Author udah berteriak kegirangan “Apa?! Sayang katanya?”
Author: HEH!! NGGAK SIH GUE NGGAK BILANG GITU!!
Narator: Tapi teriak dalam hatinya bener, kan? *kabur*
Author: *merasa ketahuan, gelagapan* Ah, eh, itu, anu.. Iya, EH! AN****, BA*****, SENGAJA LO YA!! *ngejar narator dengan Luger di tangan*
Narator: *sambil lari2 kayak banci dikejar kamtib* Sekian ceritanya, sampai jumpa lagi di rumah mertua anda (?)
Author: *ngamuk karena dimiripin sama kamtib di taman lawang (??)

TBCotNGC (TO BE CONTINUED on the NEXT GAJE CHAPTER) Hahahahaa, salam ngakak!

(NB: Doubutsuen no kotoba adalah istilah dalam bahasa Jepang yang berarti kata-kata kebun binatang)

Template by:

Free Blog Templates